Hormati Orang Tuamu
Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata, “Rosulullah Shallahu’alaihi Wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala memandang wajah orang lanjut usia waktu pagi dan sore serta berfirman, ‘Hai Hamba-Ku, telah lanjut umurmu, tipis kulitmu, rapuh tulangmu, dekat ajalmu, dan hampir tiba saatnya engkau datang kepada-Ku, maka malulah engkau kepadaKu, sehingga Aku pun merasa malu untuk menyiksamu di neraka lantaran ketuaanmu’.”
Diceritakan, bahwa Ali r.a. ketika berjalan cepat menuju masjid untuk mengerjakan salat jama’ah, ia bertemu dengan seorang lanjut usia yang berjalan di depannya dengan tenang dan wibawa. Ali tidak melewati karena menghormatinya sebagai orang tua hingga tiba waktu naiknya matahari.
Ketika tiba di dekat pintu masjid, orang itu tidak masuk masjid. Tahulah Ali bahwa orang tua itu adalah orang Nasrani. Kemudian Ali masuk masjid dan mendapati Rosulullah Shallahu’alaihi Wa Sallam sedang rukuk dan melamakan rukuknya seperti lamanya dua rukuk. Ali masih kebagian salat jama’ah.
Selesai sembahyang, Ali berkata, “Ya Rasulullah, mengapa Engkau lamakan rukuknya dalam sembahyang ini sedangkan sebelumnya tidak pernah engkau lakukan?”
Rosulullah Shallahu’alaihi Wa Sallam menjawab “Ketika aku rukuk dan mengucapkan “Subhana robbiyal adhimi” lalu hendak Kuangkat kepalaku, datanglah Jibril a.s. dan meletakkan sayapnya di atas punggungKu begitu lama. Ketika ia mengangkat sayapnya, Kuangkat kepala-Ku. Orang-orang bertanya, “Mengapa ia melakukan hal itu?” Rosulullah Shallahu’alaihi Wa Sallam menjawab, “Aku tidak bertanya kepadanya tentang hal itu.”
Kemudian datanglah Jibril a.s. dan berkata, “Hai Muhammad, sesungguhnya Ali berjalan cepat untuk berkesempatan salat jama’ah.” la berjumpa dengan seorang tua Nasrani di jalan, namun tidak mengetahui bahwa ia seorang Nasrani, lantas menghormati karena ketuaannya, tidak mendahului serta menjaga haknya. Maka Allah Ta’ala menyuruh-Ku untuk menahan rukuk-Mu hingga Ali mendapat kesempatan salat subuh.
Hal tersebut bukan kejutan, lebih mengherankan lagi bahwa Allah Ta’ala menyuruh Mika’il a.s. menahan matahari dengan sayapnya hingga matahari tidak lama naiknya demi Ali. Derajat ini diberikan karena menghormati orang tua yang sudah lanjut usia, meski ia orang Nasrani.
Diceritakan, bahwa guru Abu Muslim Al-Maturidi, rahimahullah, mendekati wafatnya dan ketika itu berumur delapan puluh tahun. Beliau menyuruh Abu Manshur mencari seorang hamba sahaya yang seumur dengannya untuk di beli serta dilepaskan atas namanya. Abu Manshur mencari, namun tidak mendapatkan hamba sahaya seperti yang diharapkan. Orang-orang berkata, “Bagaimana engkau bisa mendapatkan seorang hamba sahaya berumur delapan puluh tahun yang masih menjadi hamba sahaya serta belum dibebaskan?”
Pergilah Abu Manshur rahimahullah kepada gurunya dan memberitahukan kepada sang guru tentang omongan orang-orang. Ketika sang guru mendengar perkataan ini, ia meletakkan kepala di atas tanah dan berkata kepada Tuhan, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya manusia tidak menjadi mulia jika hamba sahayanya mencapai usia delapan puluh tahun serta belum dibebaskan, maka manusia membebaskannya. Sekarang aku telah mencapai usia delapan pu¬luh tahun, bagaimana Engkau tidak membebaskanku dari api neraka, sedang Engkau Maha Pemurah dan Maha Agung, Maha Pengampun dan Maha Menerima Syukur.”
“Sesungguhnya Allah Ta’ala memandang wajah orang lanjut usia waktu pagi dan sore serta berfirman, ‘Hai Hamba-Ku, telah lanjut umurmu, tipis kulitmu, rapuh tulangmu, dekat ajalmu, dan hampir tiba saatnya engkau datang kepada-Ku, maka malulah engkau kepadaKu, sehingga Aku pun merasa malu untuk menyiksamu di neraka lantaran ketuaanmu’.”
Diceritakan, bahwa Ali r.a. ketika berjalan cepat menuju masjid untuk mengerjakan salat jama’ah, ia bertemu dengan seorang lanjut usia yang berjalan di depannya dengan tenang dan wibawa. Ali tidak melewati karena menghormatinya sebagai orang tua hingga tiba waktu naiknya matahari.
Ketika tiba di dekat pintu masjid, orang itu tidak masuk masjid. Tahulah Ali bahwa orang tua itu adalah orang Nasrani. Kemudian Ali masuk masjid dan mendapati Rosulullah Shallahu’alaihi Wa Sallam sedang rukuk dan melamakan rukuknya seperti lamanya dua rukuk. Ali masih kebagian salat jama’ah.
Selesai sembahyang, Ali berkata, “Ya Rasulullah, mengapa Engkau lamakan rukuknya dalam sembahyang ini sedangkan sebelumnya tidak pernah engkau lakukan?”
Rosulullah Shallahu’alaihi Wa Sallam menjawab “Ketika aku rukuk dan mengucapkan “Subhana robbiyal adhimi” lalu hendak Kuangkat kepalaku, datanglah Jibril a.s. dan meletakkan sayapnya di atas punggungKu begitu lama. Ketika ia mengangkat sayapnya, Kuangkat kepala-Ku. Orang-orang bertanya, “Mengapa ia melakukan hal itu?” Rosulullah Shallahu’alaihi Wa Sallam menjawab, “Aku tidak bertanya kepadanya tentang hal itu.”
Kemudian datanglah Jibril a.s. dan berkata, “Hai Muhammad, sesungguhnya Ali berjalan cepat untuk berkesempatan salat jama’ah.” la berjumpa dengan seorang tua Nasrani di jalan, namun tidak mengetahui bahwa ia seorang Nasrani, lantas menghormati karena ketuaannya, tidak mendahului serta menjaga haknya. Maka Allah Ta’ala menyuruh-Ku untuk menahan rukuk-Mu hingga Ali mendapat kesempatan salat subuh.
Hal tersebut bukan kejutan, lebih mengherankan lagi bahwa Allah Ta’ala menyuruh Mika’il a.s. menahan matahari dengan sayapnya hingga matahari tidak lama naiknya demi Ali. Derajat ini diberikan karena menghormati orang tua yang sudah lanjut usia, meski ia orang Nasrani.
Diceritakan, bahwa guru Abu Muslim Al-Maturidi, rahimahullah, mendekati wafatnya dan ketika itu berumur delapan puluh tahun. Beliau menyuruh Abu Manshur mencari seorang hamba sahaya yang seumur dengannya untuk di beli serta dilepaskan atas namanya. Abu Manshur mencari, namun tidak mendapatkan hamba sahaya seperti yang diharapkan. Orang-orang berkata, “Bagaimana engkau bisa mendapatkan seorang hamba sahaya berumur delapan puluh tahun yang masih menjadi hamba sahaya serta belum dibebaskan?”
Pergilah Abu Manshur rahimahullah kepada gurunya dan memberitahukan kepada sang guru tentang omongan orang-orang. Ketika sang guru mendengar perkataan ini, ia meletakkan kepala di atas tanah dan berkata kepada Tuhan, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya manusia tidak menjadi mulia jika hamba sahayanya mencapai usia delapan puluh tahun serta belum dibebaskan, maka manusia membebaskannya. Sekarang aku telah mencapai usia delapan pu¬luh tahun, bagaimana Engkau tidak membebaskanku dari api neraka, sedang Engkau Maha Pemurah dan Maha Agung, Maha Pengampun dan Maha Menerima Syukur.”
Comments
Post a Comment