Jangan Merasa Lebih Baik
Saya melihat masih banyak orang-orang yang merasa berhak untuk mengharamkan keyakinan dan cara hidup orang lain, TAPI dengan cara yang tidak sopan, kasar, dan rasanya seperti masih jahiliah.
Bagaimana mungkin kita mengundang sesama kita untuk menghormati kebenaran yang kita yakini, tapi dengan cara-cara dan bahasa pembenci yang keji?
Bukankah cara-cara buruk yang digunakan oleh orang yang merasa imannya yang terbaik itu justru merugikan kebenaran yang diyakininya?
Janganlah merasa lebih baik daripada orang lain yang tidak meyakini yang kita yakini, terutama jika akhlak dan kualitas kehidupan kita sendiri masih jauh dari baik.
Agama adalah pembaik. Maka jika orang yang beragama hidupnya belum baik, itu berarti dia belum memberdayakan agamanya dalam kehidupannya, atau dia belum hidup sesuai dengan tuntunan agamanya.
Justru orang-orang yang paling bijak di antara kita tidak akan pernah mengharamkan apa pun dengan cara yang juga mendekati haram.
Marilah kita hidup dalam kerendahan hati dan kasih sayang kepada sesama.
Janganlah mengaku beriman, tapi berbicara keji.
Janganlah mengharamkan cara hidup orang lain, padahal kita sendiri masih menyembunyikan banyak keharaman di dalam hati, pikiran, dan perilaku kita.
Ingatlah, bahwa jika Tuhan berkenan, Tuhan akan menjadikan kita semua satu iman.
Tapi, karena faktanya kita semua lahir dan tumbuh dalam beragam iman, pasti Tuhan mengharapkan kita mengunduh manfaat dan rahmat di dalam perbedaan dan keragaman.
Janganlah kita lantang mengharamkan apa pun dari pengetahuan yang terbatas. Karena, yang paling berilmu pun di antara kita sangat berhati-hati tentang pendapatnya, dan menghindari perilaku mencela dan tercela.
Janganlah lantang mengatakan apa pun yang melukai perasaan orang lain.
Janganlah kita menjadi contoh pribadi yang belum berakhlak dari kalangan yang seharusnya mulia.
Marilah kita berlaku, setidaknya mencoba untuk berlaku semulia yang diteladankan oleh Utusan-Utusan Tuhan dalam agama kita masing-masing.
Comments
Post a Comment